Doa tersebut ialah:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي
مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
Asyhadu al lâ ilâha illaLlâh wahdahu lâ
syarîka lah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasûluhu. Allahumma ij’alni
minat tawwâbîna waj’alni minal mutathahhirîn. Subhânaka Allâhumma wa bihamdika
asyhadu al lâ ilâha illa Anta astaghfiruka wa atûbu ilaik. Wa shallaLlâhu ‘ala sayyidina
Muhammad wa `âli Muhammad.
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya
Allah, jadikanlah aku sebagian dari orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah
aku sebagian dari orang yang suci. Maha suci engkau Ya Allah, dan dengan
memuji-Mu. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau, aku meminta ampunan pada-Mu,
dan bertaubat pada-Mu. Semoga berkah rahmat Allah senantiasa terlimpahkan pada
nabi Muhammad dan keluarganya.”
Selanjutnya, bila masih sempat, artinya tidak
terburu-buru karena semisal waktu shalat akan habis, atau shalat jama’ah akan
segera didirikan, maka sebaiknya dilanjutkan dengan membaca surat al-Qadr 1, 2
atau 3 X, dan dilanjutkan dengan doa:
اللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ وَوَسِّعْ فِيْ دَارِيْ
وَبَارِكْ لِيْ فِيْ رِزْقِيْ وَلَا تَفْتِنِّيْ بِمَا زَوَيْتَ عَنِّيْ
Allahumma ighfir li dzanbî wa wassi’ fî dâri,
wa bârik fî rizqiî, wa lâ taftinî bi mâ zawaita ‘annî.
“Ya Allah, ampuni dosaku, lapangkan tempat tinggalku, berkahi aku dalam
rizqi, dan jangan Engkau fitnah aku dengan halangan dari-Mu”.
Tatakrama selanjutnya
ialah, sebaiknya tidak mengelap air sisa wudhu yang menempel di tubuh, khusunya
menggunakan handuk atau sapu tangan. Ini karena wudhu merupakan ibadah, maka
air wudhu yang menempel pada tubuh kita merupakan air yang penuh keberkahan
ibadah. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Syirazi dalam kitab Al-Muhadzdzab
juz I, hal. 44:
ويستحب أن لا ينشف أعضاءه من بلل الوضوء لما روت ميمونة
رضي الله عنها قالت: أدنيت لرسول الله صلى الله عليه وسلم غسلاً من الجنابة فأتيته
بالمنديل فرده ولأنه أثر عبادة فكان تركه أولى
“Dan disunnahkan tidak mengelap anggota tubuh dari sisa basah sehabis
wudhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Maimunah RA yang berkata: “Aku menghampiri
Rasulullah SAW sesudah beliau bersuci, kemudian memberikan handuk pada beliau,
dan beliau menolaknya. Alasan lain ialah karena sisa basah wudhu tersebut
merupakan efek ibadah, maka sebaiknya tidak dihilangkan”. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar