Sobat SMP 2 Undaan. Berpuasa di bulan sya’ban sebagaimana kita ketahui memang sangat dianjurkan. Karena Rasul sendiri dalam banyak riwayat sangat menjaga bulan ini dengan berpuasa sebanyak mungkin yang tidak pernah dilakukan dibulan-bulan lainnya kecuali bulan ramadhan.
Namun mengingat bulan ini jatuh sebelum bulan ramadhan yang mana hari terakhir yaitu pada tanggal 30 bulan ini menimbulkan polemik, apakah ia betul-betul menjadi akhir dari bulan Sya’ban atau malah sudah masuk pada satu Ramadhan maka berpuasa didalamnya menjadi polemik tersendiri. Maka Dinamai hari syak karena sifatnya yang meragukan apakah sudah masuk Ramadan atau belum.
Hal ini terjadi karena memang bulan-bulan Qamariyah tidak selalu 30 Hari. Karena ia ditetapkan berdasarkan adanya hilal (bulan). Inilah kemudian yang dikenal dengan hari yang diragukan (yaum as-syak) keberadaannya. Maksud dari yaum as-syakk adalah apakah ia masuk bulan Sya’ban atau bulan Ramadhan.
Imam Abi Syuja’ menjelaskan perihal berpuasa d itanggal 30 sya’ban atau di hari yang diragukan (yaum al–syak). Seperti dikutip dari kitab yang diberikan syarah (penjelasan) oleh Dr. Mustafa Dib al-Bugha berjudul al-Tahdzib Fi Bayani Matn al-Ghayah Wa al-Taqrib (h. 105-106),
ويكره صوم يوم الشك إلا أن يوافق عادة له
“Dan dimakruhkan (makruh tahrim) berpuasa pada hari keraguan (yaitu tanggal 30 Sya’ban, bila keadaan rukyah masih meragukan), kecuali bila bertepatan dengan hari kebiasaan bagi dia (berpuasa sunnah).”
Komentar Dr. Musthafa Dib al-Bugha menunjukkan bahwa yang dimaksud hari keraguan adalah hari yang jatuh pada tanggal 30 bulan Sya’ban, hari dimana umat Islam berada dalam keraguan terkait apakah ia masih bulan Sya’ban atau sudah masuk bulan Ramadhan.
Kemudian beliau melanjutkan komentarnya bahwa menurut pendapat yang mu’tamad (sandaran utama) berpuasa didalamnya diharamkan. Tidak hanya dimakruhkan. Jadi yang dimaksud makruh oleh Abi Syuja’ diatas adalah makruh tahrim (makruh yang diharamkan). Dan apabila memaksa berpuasa maka lanjut beliau status puasanya tidak sah.
Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abi Daud (2334) dan disahihkan oleh At-Tirmidzi (686) sebagai berikut:
وَعَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله الله عنه- قَالَ: مَنْ صَامَ اَلْيَوْمَ اَلَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا اَلْقَاسِمِ
“Dari Ammar bin Yasir beliau berkata: Siapa yang berpuasa di hari syak, maka dia telah bermaksiat kepada Abu al-Qasim (Muhammad) shallaAllahu alaihi wa sallam.” )HR. at-Tirmidzi dengan sanad hasan shahih. (Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi: 3/ 61)
Akan tetapi, status keharaman berpuasa ditanggal 30 Sya’ban tidak berlaku bagi seseorang yang sudah terbiasa melakukan puasa sunnah atau memang sudah melangsungkan puasa semenjak awal Sya’ban. Bagi yang berpuasa sejak awal, maka pusanya tetap sah dan tidak diharamkan sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw berikut:
لا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلا يَوْمَيْنِ إِلا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ
“Jangan mendahului Ramadan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya). Kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa, maka (tidak mengapa) berpuasalah.” ( HR. Bukhari :1815 dan Muslim: 1082).
Jadi, intinya hukum berpuasa pada hari ke-30 bulan sya’ban diharamkan kecuali bagi orang-orang yang sudah terbiasa melakukan puasa sunnah atau sudah berpuasa semenjak awal Sya’ban. Karena pada hari tersebut masih belum jelas apakah ia masih bulan Sya’ban atau malah sudah masuk ramadhan.
Alasannya jelas, karena dalam hadis diatas puasa Ramadhan tidak boleh dikedepankan satu atau dua hari sebelumnya. Ia harus dilaksanakan berdasarkan bukti yang kuat. Bukan hanya berdasarkan kira-kira.
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar