Post Top Ad



The Relaxation Time

Berita Utama!

Post Top Ad


Nama Ilyas disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak tiga kali[a] dan kisahnya isebutkan dalam Surah Ash-Shaffat (37): 123-132. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), Ilyas (disebut Elia dalam Yahudi dan Kristen) disebutkan dalam Raja-Raja (M'lakhim).

 

Latar belakang

Ilyas hidup di Kerajaan Samaria[6] sekitar abad ke-9 SM pada masa kekuasaan Ahab dan kedua penerusnya, Ahazia dan Yoram. Alkitab tidak menyebutkan silsilahnya dan hanya menyatakan bahwa dia berasal dari Tisbe di kawasan Gilead.[7] Aggadah menyebutkan beberapa pendapat mengenai asal-usul Ilyas: dari suku Gad,[8] dari suku Benyamin dan dipandang orang yang sama yang disebutkan dalam kitab Tawarikh,[9] atau seorang imam. Sebagian ulama Muslim menyebutkan bahwa silsilah Ilyas adalah Ilyas bin Yasin bin Fanahas, sebagian berpendapat Ilyas bin Azir. Kedua versi silsilah tersebut berujung pada Eleazar bin Harun.[10]

 

Alkitab menyebutkan bahwa pada masa itu, Bani Israil telah melupakan perjanjian untuk menaati hukum Allah. Mereka bahkan membunuh para nabi dan hanya Ilyas yang tersisa.[11]

 

Alkitab menyebutkan bahwa setelah Sulaiman mangkat, takhta Kerajaan Israel diwariskan kepada Rehabeam. Namun suku-suku Bani Israil di sisi utara menolak kepemimpinan Rehabeam dan memilih Yerobeam bin Nebat dari suku Efraim bin Yusuf sebagai raja mereka. Kerajaan Bani Israil di sisi utara ini adalah Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama yang wilayahnya mencakup keseluruhan wilayah suku-suku Bani Israil. Suku Yehuda dan Benyamin tetap setia pada Rehabeam dan keturunannya dan kerajaan mereka adalah Kerajaan Yehuda.[1]

 

Raja keenam Samaria, Omri, melanjutkan kebijakan pendahulunya untuk mengalihkan pusat keagamaan Bani Israil dari Yerusalem yang dikuasai Kerajaan Yehuda, membangun rumah ibadah sendiri untuk pengurbanan di Kerajaan Samaria, dan mengizinkan atau mendorong pembangunan kuil untuk pemujaan Ba'al, salah satu dewa penting dalam agama Kan'an kuno.[2][3] Omri juga menciptakan kestabilan politik dengan menikahkan putra dan pewarisnya, Ahab, dengan Izebel yang merupakan putri Ithobaal I, Raja Tirus yang menguasai seluruh kawasan Fenisia.[4] Saat masa kekuasaan Ahab, dibangunlah kuil untuk pemujaan Ba'al dan Permaisuri Izebel membawa rombongan besar para imam (pendeta) dan nabi pemuja Dewa Ba'al dan Dewi Asyera ke Kerajaan Samaria.[5]

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Ilyas

KATA – KATA BIJAK NABI ILYAS

1.       Hendaklah orang-orang yang menginginkan untuk mengerjakan amal-amal yang saleh memperhatikan diri mereka karena seseorang tidak akan memperoleh manfaat ketika mendapati dunia mendapatkan keuntungan sementara ia mendapati kerugian.

2.       Hendaklah orang yang mengajari orang lain berusaha untuk lebih baik daripada orang lain karena tidak akan bermanfaat suatu nasihat yang diberikan oleh orang yang tidak mengamalkan apa yang dikatakannya. Sebab, bagaimana seorang yang salah dapat memperbaiki kehidupannya sementara ia mendengar seorang yang lebih buruk darinya berusaha untuk mengajarinya.

3.       Kemudian hendaklah orang yang mencari Allah berusaha lari dari percakapan dengan manusia karena Musa ketika berada sendirian di atas gunung Saina’ maka beliau menemukan Allah dan berdialog dengan-Nya sebagaimana seorang pecinta berdialog dengan kekasihnya.

4.       Hendaklah orang-orang yang mencari Allah berusaha keluar sekali setiap tiga puluh kali ke tempat yang biasa di jadikan perkumpulan oleh masyarakat dunia. Karena boleh jadi ia dapat melakukan suatu amal pada satu hari saja namun dihitung amalnya itu selama dua tahun, khususnya berkaitan dengan pekerjaan yang di situ ia mencari ridha Allah.

5.       Hendaklah ketika ia berbicara tidak melihat ke arah mana pun kecuali ke arah dua kakinya, dan ketika ia berbicara hendaklah mengatakan hal yang penting saja.

6.       Hendaklah ketika ia makan tidak berdiri dari meja makan dalam keadaan kekenyangan.

7.       Hendaklah mereka berpikir setiap hari karena boleh jadi mereka tidak akan menemui hari berikutnya.

8.       Dan hendaklah mereka benar-benar memanfaatkan waktu mereka sebagaimana mereka selalu bernafas.

9.       Hendaklah satu baju dari kulit binatang cukup untuk mereka.

10.   Hendaklah mereka setiap malam berusaha untuk tidur tidak lebih dari dua jam.

11.   Hendaklah mereka berusaha berdiri di tengah-tengah salat dengan rasa takut.

12.   Kerjakanlah semua ini dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT dengan menjunjung tinggi syariat-Nya yang Allah SWT karuniakan kepada kalian melalui Nabi Musa.

13.   Karena dengan cara seperti ini, kalian akan menemukan Allah SWT dan kalian akan merasakan pada setiap zaman dan tempat bahwa kalian berada di bawah naungan Allah SWT dan Dia akan selalu bersama kalian.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad