'Utsman bin Affan (bahasa Arab: عثمان بن عفان, 579 – 17 Juni 656
M/12 Dzulhijjah 35 H)[5] adalah khalifah ketiga yang berkuasa pada tahun 644
sampai 656 dan merupakan Khulafaur Rasyidin dengan masa kekuasaan terlama. Sama
seperti dua pendahulunya, 'Utsman termasuk salah satu sahabat utama Nabi
Muhammad. Pernikahannya berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad
membuatnya mendapat julukan Dzun Nurrain (pemilik dua cahaya).
Terlahir dari keluarga saudagar yang sejahtera, 'Utsman dikenal
sebagai pribadi yang lembut dan murah hati. Sumbangsihnya yang paling menonjol
dan sangat melekat padanya adalah kedermawanan dalam memberikan harta. 'Utsman
pernah membeli sumur seorang Yahudi dengan harga sangat mahal saat kemarau dan
mempersilakan penduduk mengambil air dari sana dengan cuma-cuma. Saat Perang
Tabuk meletus, 'Utsman turut serta menyumbangkan ratusan unta dan kuda selain
uang sejumlah ribuan dirham.
Sepeninggal 'Umar, 'Utsman menggantikannya sebagai khalifah pada saat
usianya sudah menginjak sekitar 64 atau 65 tahun, menjadikannya sebagai salah
satu khalifah tertua saat berkuasa. Berbeda dengan 'Umar yang memusatkan segala
urusan negara dalam kendali kuat khalifah, 'Utsman cenderung memberikan hak
otonomi yang lebih longgar pada bawahannya. Hal ini menjadikan perluasan
wilayah kekhalifahan dapat dilangsungkan secara lebih mandiri, sehingga dapat
mencapai wilayah yang lebih jauh. Pada masanya, kekhalifahan sudah mencapai
Khorasan Raya (kawasan Asia Tengah) di batas timur. Di masanya, masyarakat
Muslim dan non-Muslim menjadi lebih makmur dalam masalah ekonomi dan menikmati
kebebasan yang lebih besar di bidang politik.
Terlepas dari segala capaian dan sumbangsih yang telah dilakukan,
'Utsman dikritik keras atas beberapa kebijakannya, yang utama terkait keluarga
besarnya yang dipandang lebih dikedepankan untuk menempati berbagai kedudukan
penting. Kelonggaran yang diberikan 'Utsman juga menjadi jalan bagi pihak
oposisi untuk melakukan demonstrasi besar hingga berujung pada upaya
pemberontakan dan pengepungan kediamannya pada tahun 656. Meski demikian,
'Utsman yang tidak mau menjadi penyebab perang saudara menolak bantuan militer
dari sanak saudaranya atau pihak lain, menjadikannya terbunuh pada akhir
pengepungan.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Utsman_bin_%27Affan
KATA – KATA BIJAK UTSMAN BIN AFFAN
1. “Aku lebih senang dipandang oleh Allah swt
sebagai hamba yang berbuat baik dari pada sebagai orang yang berbuat
kerusakan.”
2. “Aku merasa cukup dengan pandanganku
sebagaimana aku merasa cukup dengan ingatanku.”
3. “Aku tidak pernah melihat pemandangan lebih
mengerikan dari alam kubur.”
4. “Alam kubur merupakan pintu masuk akhirat
sekaligus pintu keluar dunia. Nikmat dan siksa di sana tidak lebih dahsyat
dibanding di akhirat.
5. “Berbisnislah (berniagalah) dengan Allah swt
niscaya kalian akan mendapatkan untung.”
6. “(Hendaknya kita) menjaga batasan-batasan,
menepati janji, rela dengan yang ada, dan bersabar atas yang hilang dari kita.”
7. Sopan santun yang baik dan menjauhi keraguan
tiada tiganya.”
8. “Kalian lebih butuh pada pemimpin yang aktif
ketimbang pemimpin yang sering mengumbar kata-kata.”
9. “Segala sesuatu pasti memiliki penyakit,
nikmat pun juga punya penyakit. Penyakit agama ini (Islam) adalah orang-orang
yang sering menyebar fitnah. Mereka selalu memperlihatkan apa yang kalian
senangi dan menyembunyikan apa yang kalian benci. Mereka laksana burung unta
yang selalu mengikuti orang yang pertama kali teriak.”
10.“Semua yang berasal dari Allah akan kembali
kepada-Nya.”
11. “Lemparlah dunia sebagaimana Allah
melemparnya.”
12. “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk
dengan hak (benar), maka janganlah berbicara kecuali atas kebenaran.”
13. “Sambutlah ajal kalian dengan amal baik yang
kalian mampu.”
14. “Ketahuilah dunia itu dilipat diatas tipuan.
Jangan sampai anda tertipu oleh dunia dan jangan sampai anda tertipu oleh setan
dalam ketaatan kepada Allah.”
15. “Tariklah pelajaran dari apa yang telah lewat
serta bersungguh-sungguhlah.”
16. “Janganlah kalian lalai terhadap Allah karena
Allah tidak pernah lalai terhadap kalian.”
17. “Ambil dan berikan segala sesuatu dengan cara
yang benar.”
18. “Setiap orang diberi masalah sesuai
kemampuannya.”
19. “Tamak penyakit bagi orang yang tidak mampu
kendalikan dirinya.”
20. “Cinta dunia menggelapkan hati dan cinta
akhirat menerangi hati.”
21. “Aku meyakinkan mereka bahwa yang hak itu
adalah saudara, sedangkan yang batil adalah setan.”
22. “Saya selalu berusaha untuk mengendalikan
binatang dengan tali kekangnya.”
23. “Engkau telah mengantarkan unta yang sedang
merumput menuju kandanganya.”
24. “Diamnya orang yang diam lebih bahaya dari
perlakuan serangan orang lain.”
25. “Pekerja keras memberiku bukti (bukan sekedar
janji).”
26. “Saya di antara orang-orang yang berlisan
ganas, berhati batu, dan berpedang tajam.”
27. “Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakanku
dan menyempurnakanku.”
28. “Hindarilah minuman keras, karena itu kunci
dari kejahatan.”
29. “Janganlah kalian tertipu dengan uban dan
botak. Karena di belakang ini semua ada sesuatu yang kalian cintai.”
30. “Mengapa/ tidak kalian merubahku dengan dosa
yang telah Allah ampuni.”
31. “Shalat itu amal terbaik bagi manusia. Jika
ia melaksakannya dengan baik maka ikutilah mereka. Andaikata ia menjalankannya
dengan buruk bagi jauhilah keburukan itu.”
32. “Kalian itu menjadi pioner Islam. Manusia
akan menjadi rusak jika kalian rusak dan mereka menjadi baik jika kalian baik.”
33. “Allah tidak mencabut kekuasaan melebihi dari
ia mencabut hafalan al-Quran.”
34. “Pemberian pejabat ketika ia telah berhenti
seperti pemberiannya ketika masih menjabat.”
35. “Orang yang terbaik mau menjaga dan
berepegang teguh dengan kitab Allah.”
36. “Ketahuilah orang alim itu dapat memberantas
kebodohan.”
37. “Jika dalam Al-Qur’ankalian menemukan
perintah untuk mengikat kakiku maka ikatlah.”
38. “Ketika dikepung, beliau pernah mengatakan,
“Aku lebih senang mati pertama sebelum yang lain mati dari pada mati setelah mereka.”
39. “Hai Usman, kelak pada hari kiamat hartamu
akan mencelamu.”
40. “Talak untuk laki-laki dan iddah untuk
perempuan.”
41. “Demi Allah, aku tidak mengharap pengganti
bagi agamaku setelah Allah memberiku hidayah.”
42. “Aku tidak membunuh satu nyawa pun tanpa
adanya kebenaran.”
43. “Demi Allah, aku tidak pernah berzina ketika
masih jahiliyah ataupun Islam.”
44. “Aku tidak pernah menutupi auratku dengan
tangan kananku setelah ku gunakan untuk mengusap tangan kanan Nabi saw sebagai
penghormatan bagi beliau.”
45. “Beginilah cara teman kami memakai kain
sarung.”
46. “Wahai hamba-hamba Allah, berhati-hatilah
kalian.Bantulah pemimpin kalian, nasehatilah mereka dan janganlah kalian
menganiaya mereka.”
47. “Membangkang dari pemimpin, berpisah diri dari
perkumpulan dan memfitnah para imam adalah suatu bencana yang merugikan orang
yang melakukannya.”
48. “Takutlah pada Allah, tempat kembali kalian.
Janganlah gegabah untuk memfitnah, jangan memisahkan diri dari perkumpulan
(jama’ah).”
49. “Aku merasa kasihan pada kalian karena
kebodohan. Kalian pasti tahu akibatnya akan berujung pada kesesatan.”
50. “Orang-orang menghalalkan darahku akan tetapi
mereka tidak menghalangiku berhaji. Ini bukan suatu pandangan yang baik.”
51. “Orang yang tidak diberi hendaknya memberi.
Penakut memberi rasa aman. Orang yang diasingkan hendaknya mengembalikan.”
52. “Allah mencintai orang yang mau meninggalkan
dunia.”
53. “Malaikat menyenangi orang yang mau
meninggalkan dosanya.”
54. “Orang yang tidak tamak akan disenangi oleh
umat Islam.”
55. “Aku memohon hidayah pada Allah bagiku dan
kalian agar mampu beramal sebagai bentuk ketaatan hingga mendapat Ridha-Nya.”
56. “Tidak ada yang mampu mengurusi permasalah
umat Islam kecuali orang yang memiliki integritas, hikmah, matang dan
berpengalaman.”
57. “Musyawarahkan dulu sebelum berpendapat.”
58. “Janganlah kedekatanku kepada kalian karena
kalian menjauhiku membuat kalian berbuat aniaya terhadapku.”
59. “Aku tidak menganggapmu berhasil dalam suatu
pencapaian sampai Allah mengujimu dengan cobaan terakhirnya.”
60. “Aku ingin masyarakat bisa menyatu dalam
bacaan. Jangan sampai mereka berselisih sehingga menambah sesuatu yang bukan
dari Al-Quran.”
61. “Hal yang mendorongku untuk membukukan
Al-Qur’an adalah perselisihan umat. Diantara mereka menganggap bacaannya lebih
baik dari yang lainnya dan aku pun ingin bacaan mereka tidak berbeda.”
62. “Mengikuti hawa nafsu membuat kita takut
mati.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar